BANDA ACEH – Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menggelar Festival Kopi Liberika 2021 di Hotel Grand Aceh Syariah, Selasa (28/9/2021).

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Jamaluddin melalui Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Aceh, Teuku Hendra Faisal menjelaskan Aceh sebagai produsen kopi terbesar di Indonesia, yang juga terkenal hingga mancenegara, selain memiliki varietas Arabika dan Robustanya, Aceh juga memiliki satu varietas kopi yang memiliki cita rasa khas beraroma nangka, yaitu kopi Liberika.

Saat ini tambahnya kopi liberika ini tumbuh dan di budidaya di Tangse, Kabupaten Pidie, masyarakat Tangse menyebutnya dengan kopi panah karena memiliki aroma dan cita rasa unik dan beraroma buah nangka.

“Acara ini juga untuk memperkenalkan lebih luas mengenai kopi liberika sebagai salah satu produk komoditi unggulan daerah Aceh khususnya Tangse, Kabupaten Pidie,” tutur Teuku Hendra Faisal.

Dia juga mengatakan event ini dapat menjadi pendorong bagi para pelaku industri kopi liberika untuk meningkatkan produk, citra, pengetahuan bahkan kerjasama dengan para stakeholder.

“Dengan adanya semangat dari para kawula muda, dapat memperkenalkan kopi liberika menjadi salah satu minuman khas yang digemari oleh masyarakat, bisa bersaing di tingkat nasional dan internasional hingga memberikan dampak positif dalam pengembangan industri kopi di Aceh,” ungkapnya.

Rangkaian festival tersebut berupa perlombaan bagi barista kreatif di Aceh dalam meracik kopi baik Expresso Coffee serta Signature Drink yang diikuti oleh 9 Barista serta dinilai oleh 4 juri berkompeten. Di samping itu, acara tersbeut juga menghadirka beberapa pelaku UMKM di Aceh dengan menyediakan stand untuk mempromosikan produknya.

Pegiat Industri Kopi Liberika, Edy Azhari yang juga menjadi juri dalam festival tersebut mengatakan sejak tiga tahun ini, potensi kopi Liberika dari Tangse mulai dikenal dan memberikan potensi besar terhadap perekonomian masyarakat.

Kopi Liberika mulai dikenal di Indonesia pada abad ke 19. Sesuai dengan namanya, kopi ini berasal dari Liberia, Afrika dan tumbuh subur di sana. Liberika masuk ke Indonesia karena dibawa oleh kolonial Belanda saat masa penjajahan dahulu, untuk menggantikan varietas kopi Arabika yang terserang hama. Liberika memang dikenal tanaman yang tahan terhadap hama.

Putra asal Tangse ini yang juga pemilik warung kopi H2E, mengatakan Kopi Liberika ini mampu tumbuh rata-rata berada pada ketinggian 700 hingga 800 Mdpl, jadi cocok dengan kondisi alam di Tangse. Warga Tangse sendiri, menyebut kopi Liberika ini dengan sebutan kopi panah (nangka). Kopi ini memang memiliki cita rasa unik dan beraroma buah nangka.

“Mulai dari bentuk pohon, daun dan biji buah kopi Liberika memiliki ukuran yang lebih besar. Setelah melewati proses roasting, aroma kopi ini lebih tajam dan menyerupai aroma buah nangka,” ujarnya

Edy menjelaskan penilaian dalam kompetisi itu di antaranya dari sudut pandang kopi itu sendiri dan dari sudut pandang barista, dimana selain melihat dari sisi kemahiran para peracik kopi ini, namun juga menilai dari professionalisme barista tersebut, hospitality serta menjadi Costumer Service.

Dalam penutupan acara, panitia mengumumkan 3 pemenang perlombaan, di antara pemenang lomba meracik kopi baik Expresso Coffee serta Signature Drink, yaitu juara 1 diraih oleh Novriandi Mirza, juara 2 oleh Rekha serta juara 3 diraih oleh Bayu Fadhillah.

Kegiatan itu juga dihibur dengan pertunjukan seni dan budaya berupa Tarian Aceh, yaitu tarek pukat dan penampilan musik solo khas Aceh, dalam rangkaian acara dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan.

SHARE
Admin
GenPINews.com merupakan buah karya dari Generasi Piknik Indonesia yang dikelola oleh Tim Redaksi GenPI News Indonesia dengan jaringan yang ada di seluruh Indonesia.

Leave a Reply