BALI – Rasa aman dan nyaman itu bagian penting dalam pariwisata. Kesadaran itu secara “incorporated” semakin dirasakan oleh semua unsur dalam stakeholder negara.
Salah satunya, Basarnas yang non stop mengawasi dan mengawal semua titik-titik penting untuk menjaga safety. Kepolisian RI juga makin concern mengamankan semua titik penting di destinasi wisata. Bahkan ada Polisi Pariwisata di banyak tempat di objek wisata penting.
Termasuk di tengah kondisi aktivitas vulkanik Gunung Agung saat ini. Bali dengan destinasinya betul dijaga tetap aman. Safety dan security terus dijaga.
Salah satunya ditunjukkan Basarnas yang sudah menyiapkan dan menyebar tim di berbagai titik strategis. Hal ini semakin menambah kepercayaan diri masyarakat serta wisatawan untuk berwisata ke Bali, dan Indonesia secara keseluruhan.
Kepala Pusat Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kesiapsiagaan dipersiapkan dengan baik oleh tim search and rescue yang telah dipersiapkan di beberapa titik strategis.
“Kesiapsiagaan personel di lapangan tetap tinggi, semua kami lakukan dengan standard profesional,” ujar Sutopo.
Badan Nasional Pencarian atau biasa dikenal sebagai Basarnas, ujar Sutopo, sebagai komando operasi telah mendirikan pos. Pos ini merupakan pos yang terdekat dengan kawasan berbahaya dan terletak di titik yang sudah diperhitungkan secara matang response time untuk evakuasi.
Basarnas dan mitra kerja lain sebagai tim SAR Gabungan diantaranya mendirikan pos aju di empat titik. Yaitu di Rendang, Selat, dan Jasri yang ada di Kabupaten Karangasem. Sementara satu pos lainnya, Les berada di Kabupaten Buleleng.
“Pos aju ini berkekuatan antara 30 hingga 50 personel tim SAR gabungan. Selain berkekuatan personel, mereka juga dilengkapi armada dan perlengkapan evakuasi seperti ATV, truk dan tandu.
Tim SAR gabungan juga telah mempelajari mengenai jalur evakuasi yang dipersiapkan.
Dalam menempatkan personel untuk menjalankan tugas, Basarnas pun selalu menempatkan orang-orang terbaiknya. Personel yang diterjunkan dicek terlebih dahulu kualifikasi yang dimiliki.
“Tim SAR merupakan ksatria kemanusiaan di setiap penanganan darurat. Merek selalu berada di garis depan untuk mencari dan menyelamatkan warga yang terancam bahaya. Namun demikian keselamatan tetap menjadi prioritas tertinggi bagi para responder dalam upaya penanganan darurat di medan bencana,” ujarnya.
Penanganan dan antisipasi terhadap bencana memang perlu dipersiapkan dengan matang. Hal ini guna memberi rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Dan untuk Gunung Agung, kaitanya juga keamanan dan kenyamanan wisatawan. Karena biar bagaimanapun Bali sanga lekat dengan pariwisata. Kehidupan terbesar Bali adalah melalui pariwisata.
Sebelumnya Sutopo mengatakan bahwa sejatinya erupsi Gunung Agung juga dapat menjadi satu potensi wisata. Indonesia dikatakannha dapat belajar dari Islandia bagaimana mengelola dan mengubah letusan Gunung Agung menjadi obyek wisata.
Di sana, Gunung Eyjafjallajokull yang erupsi telah mendatangkan jutaan turis dari seluruh dunia. Publikasi mengenai erupsi gunung ini berkontribusi pada lonjakan wisatawan yang datang ke Islandia.
Sutopo mengatakan bahwa sesungguhnya wisata bencana bisa dikelola dengan baik. Persiapan wisatawan sebelum berkunjung dan rambu-rambu yang menunjukkan zona bahaya perlu disosialisasikan.
Oleh sebab itu, penyebaran informasi mengenai hal tersebut menjadi mutlak diperlukan. Selanjutnya berkaitan dengan penanganan pengungsi atau warga yang terdampak, pemenuhan kebutuhan mereka juga menjadi kewajiban yang tak bisa ditinggalkan.
“Apabila dua hal ini dapat dipenuhi, maka fenomena alam seperti letusan gunung bisa menjadi obyek wisata tanpa mengabaikan pengungsi. Dengan begitu, maka tak hanya pengungsi yang terbantu, namun juga membantu kehidupan banyak orang di Bali yang sebagian besar hidup dari kegiatan pariwisata,” ujarnya.
Deputi I BNPB, Wisnu Widjaja, menambahkan, agar pengungsi tak hanya menjadi obyek, tetapi juga sebagai subyek atau penyintas.
Manakala pengungsi menjadi penyintas, maka mereka aktif terlibat dalam berbagai aktivitas pariwisata ketika dan pascaletusan. Penyintas dapat berperan sebagai pemandu wisata, penyedia berbagai kerajinan dan jasa untuk wisatawan.
“Harapannya, fenomena alami seperti keangungan Gunung Agung tak sampai mengganggu kehidupan dan penghidupan warga terdampak serta warga lain di sekitarnya,”ujarnya.
Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pariwisata bersama dengan Badan Pengembangan Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Denpasar dan stakeholder pariwisata sebelumnya juga telah bersepakat untuk sama-sama mendorong dan mengatur strategi promosi. Terutama di saat meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan bersama-sama memanfaatkan media sosial dan membuat informasi yang positif tentang Gunung Agung. Karena pada kenyataanya bahwa pariwisata di Bali tetap aman. Bahwa wisatawan tetap dapat melakukan aktivitas wisatanya di Bali.
“Kami terakses dengan 350 kota di seluruh dunia. Melalui akses tersebut kami berupaya memberikan informasi soal keamanan dan kenyamanan di Bali, khususnya Denpasar,” ujarnya.
Ia yakin bahwa dengan penyebaran berita yang positif mampu mengakselerasi recovery pasca-Gunung Agung dengan baik.
Hal senada dikatakan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali A.A Gede Yuniartha Putra. Bersama dinas-dinas di kabupaten dan kota serta industri, untuk sama-sama memanfaatkan media sosial. Yakni memviralkan foto-foto atau video kondisi terkini destinasi wisata di Bali.
“Hotel-hotel, desa wisata, destinasi yang saat ini terus dikunjungi wisatawan kita minta fotonya untuk disebar. Share foto-foto kunjungan wisatawan di daerah masing-masing,” ujarnya.
Hal tersebut tentunya akan berdampak positif sekaligus memamparkan fakta bahwa lokasi Gunung Agung yang jauh tidak memberikan dampak terhadap banyaknya destinasi di Bali.
“Kuta itu sudah jelas masih dikunjungi, Sanur, Tanah Lot, semua aman,” ujarnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga selalu punya semangat yang sama untuk Bali. Sampai-sampai saat Rapim Jumat, 8 Desember 2017 lalu hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk membahas Bali Tourism Hospitality. “Terima kasih, media sosial bisa mengimbangi dalam melaporkan situasi yang riil dan terkini,” kata Arief Yahya.
Menurutnya media sosial bisa menjadi cara yang ampuh dalam memulihkan sekaligus menjaga pariwisata Bali. Terutama saat ini di tengah aktivitas vulkanik Gunung Agung.
“Kuncinya semua harus kompak, satu tujuan dan irama. Bahwa Bali dan kehidupan utamanya di pariwisata harus dapat terjaga, dengan tetap membiarkan alam menjalankan aktivitasnya,” ujar Menpar Arief Yahya.
Dengan bersama-sama menghadirkan informasi yang positif, maka Bali tetap akan berjalan seperti sedia kala.(*)