BANDA ACEH – Rangkaian kegiatan Smong Box yang digelar UPTD Museum Tsunami Aceh sejak 29 Juli 2022 telah usai, dan telah memasuki sesi terakhir.
Smong box edisi kesepuluh yang berlangsung pada Jumat, 2 September 2022 diikuti oleh pelajar dari SMK Muhammadiyah Banda Aceh.
Seperti gelaran sebelumnya, para pelajar diberi pemahaman umum perihal museum tsunami oleh edukator museum. Selain itu, mereka juga diajak untuk melakukan simulasi evakuasi saat bencana terjadi hingga keatas atap museum (rooftop).
Edukator Museum Tsunami, Armila Yanti, menyebutkan, tujuan smong box adalah untuk menyampaikan informasi tentang kejadian tsunami agar tidak terlupakan oleh generasi muda masa depan.
“Fungsi museum selain pembelajaran bagi anak-anak sekolah tentang kebencanaan, mitigasi bencana, bisa mereflesksi ulang kejadian tsunami, dan sebagai tempat evakuasi jika bencana terjadi kembali pada masa yang akan datang”, kata Armila.
Armila juga ikut berbagi pengalaman terkait penyelenggaraan smong box dari tahun pertama penyelenggaraan.
“Saat Covid-19 melanda, penyelenggaraan program smong box di museum diganti dengan kunjungan ke sekolah-sekolah yang ada di Banda Aceh dan sekitarnya untuk memberikan informasi kebencanaan,” ujar Armila.
Selain Armila, pada smong box terakhir juga kehadiran dokter spesialis emergensi dari RSU Zainal Abidin dr Meilya Silvalila SpEM.
Dokter yang kesehariannya bekerja di RSU Zainal Abidin, Ambulance, dan Kedokteran Bencana ini memberikan kelas inspirasi terkait “Tata Laksana Emergensi di Kehidupan Sehari-hari”.
“Minimal adek-adek mampu menjadi agen yang bisa menolong diri sendiri saat kecelakaan atau bencana”, ujar dr Meilya yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Dalam sesi tersebut, pelajar juga diajarkan mengenal bencana, mengenal berbagai macam jenis luka, cara mengobati nya dan praktek langsung tindakan pertolongan pertama yang tepat pada seseorang yang tersedak dan pada korban henti jantung.
“Secara bergantian adek-adek dapat memperagakan bagaimana kompresi dada kepada pasien yang tersedak atau serangan jantung dan henti jantung,” ujar dr Meilya.
Pada kesempatan yang sama, dr Meilya ini juga mengajak pelajar menjadi seorang dokter spesialis emergensi yang sangat jarang ditemui, bahkan dr Meilya satu-satunya dokter spesialis emergensi di Aceh.
dr Meilya turut berpesan kepada para pelajar, di rumah harus menyediakan kotak P3K, yang isinya terdiri dari betadine, obat sakit kepala, obat sakit perut, obat diare, obat maag, dan obat anti alergi sebagai bagian dari pertolongan pertama.
“Kotak P3K menjadi sarana praktis bagi keluarga di rumah disaat ada kejadian dan musibah yang bisa dibawa secara instant demi pertolongan pertama jika ada keluarga yang harus diobati segera,” tutupnya.