BRANDING Amahami dapat dikatakan telah sukses dikalangan anak-anak muda Bima, bahkan sampai ke Sumbawa, Dompu dan Sumbawa Barat. Begitu menyebut Bima, pikiran kita langsung tertuju pada nama Amahami. Amahami adalah salah satu sisi tepian teluk Bima yang oleh pemerintah setempat disulap menjadi taman yang gemerlap, penyempurna keindahan Bima. Kini tempat tersebut akan menjadi Kota Tepian Air yang pembangunannya terus dipacu, diperluas untuk tampil lebih megah lagi.
Disisi lain, melihat interest para wisatawan peminat khusus, bahkan juga peminat umum, nama-nama bernilai historis seperti Wadu Pa’a, Benteng Asakota, Tolo Bali, Dana Traha, Museum Asi Mbojo, Desa Ntobo, Kumbe, Donggo, Sambori, selalu berjejer mengisi itinerary para wisatawan. Nama-nama tersebut mampu menjadi magnet yang menarik calon wisatawan untuk berkunjung berkunjung ke Bima, dalam hal berwisata mereka. Ada nilai-nilai historis yang tidak dapat dilupakan begitu saja yang melekat pada nama-nama tersebut.
Jejak-jejak sejarah hingga Prasejarah terukir pada dinding dinding tebing tepian Teluk Bima, diatas bukit kecil yg menjorok ke laut, yang jika kita berdiri dipunggungnya maka kita berhadapan langsung dengan mulut Teluk Bima dan menatap jelas Kota Tepian Air. Di bukit itulah tumpukan batu batu besar menutup dinding tebing, dengan moncong meriam yang mengarah ke mulut teluk Bima (sekarang tinggal cerita).
Tempat yang juga tak kalah indahnya juga bisa kita temukan seperti Benteng Asakota yang juga bagian dari benteng pertahanan, penghalau musuh yang dibangun oleh para pejuang Bima demi mempertahankan negerinya dari para penjajah. Tidak jauh dari kota Tepian Air, terdapat makam Raja-Raja Bima di Dana Traha, dan Tolo Bali menjadi bukti sejarah yang menyimpan banyak cerita bagi generasi kini.
Hanya membutuhkan waktu 15-20 menit, untuk melihat tempat-tempat bersejarah disekitar teluk Bima dan Amahami adalah resting point, yang kemudian dapat difungsikan sebagai pusat oleh-oleh Bima (souvenir).