JAKARTA – Pemerintah perlu terus menggenjot pengembangan sektor kepariwisataan nasional karena penerimaan dari pariwisata diharapkan akan menjadi sumber pendapatan terbesar kedua bagi negara setelah pemasukan dari pajak.
“Sektor pariwisata Indonesia sejak tahun 2014 di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo diharapkan menjadi sumber pendapatan negara kedua terbesar setelah pajak. Oleh karena itu, kita harus menggenjot sebanyak mungkin turis untuk datang ke Indonesia,” kata Wakil Ketua DPR RI Utut Adianto, Sabtu (1/6/2019).
Utut Adianto mengemukakan hal tersebut saat melakukan kunjungan dan bertemu dengan Menteri Pariwisata Meksiko Serikat Miguel Torruco Marques, di Mexico City, 28 Mei lalu.
Menurut Utut, kinerja Kementerian Pariwisata Republik Indonesia masih jauh dibandingkan dengan penerimaan devisa negara yang didapat oleh Republik Meksiko Serikat melalui sektor pariwisata.
Ia mengungkapkan, pada 2018, pendapatan Meksiko dari sektor pariwisata mencapai 31,95 miliar dolar AS dengan rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak lebih dari 3,3 juta wisatawan per bulan. Sedangkan Indonesia dari sektor tersebut hanya meraup 16,1 miliar dolar AS dengan rata-rata kunjungan sebanyak 1,5 juta wisatawan per bulan.
“Belajar dari Meksiko yang jumlah turisnya sampai 41 juta orang per tahun dan mendapatkan devisa yang sangat besar, kita juga harus memanfaatkan media sosial dan juga menjaga kearifan lokal,” kata Utut.
Selain itu, ujar dia, penting pula untuk selalu membuat dan memperbaruhi dengan inovasi sektor pariwisata yang tidak pernah berhenti
Menteri Pariwisata Meksiko Miguel Torruco Marques menjelaskan, Meksiko telah membuat program perencanaan promosi pariwisata dengan memanfaatkan media sosial untuk lima tahun ke depan. Pada 2018 lalu, sektor turisme Meksiko mendapatkan kunjungan 41 juta wisatawan asing.
“Sektor posisi pariwisata Meksiko menduduki nomor 7 di dunia untuk jumlah turis yang berkunjung ke Meksiko. Kemudian masukan devisa sektor pariwisata ke Meksiko berada di urutan ke 16. Kesuksesan sebuah negara dalam sektor pariwisata tidak dihitung dari jumlah turis yang berkunjung ke sebuah negara, melainkan berapa masuknya devisa dari sektor pariwisata,” jelas Miguel.
Sebelumnya, dukungan teknologi kebencanaan yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hingga ke destinasi pariwisata yang rawan terkena dampak bencana dinilai akan memperkuat daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global.
“Dukungan teknologi kebencanaan akan membuat wisatawan merasa nyaman karena mendapatkan informasi yang cepat dan akurat tentang bencana,” kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Menpar Arief Yahya menjelaskan pariwisata Indonesia terus berusaha meningkatkan daya saing di tingkat global yang tahun ini menargetkan berada di ranking ke-30 dunia, dari posisinya pada 2017 berada di ranking 42 dunia berdasarkan TTCI WEF.
“Sebagai pemain global, pariwisata Indonesia menggunakan standar global termasuk dalam mitigation plan menggunakan standar dunia UNWTO,” kata Arief Yahya.