DENPASAR – Pariwisata Indonesia kembali mendapat dukungan penuh dari sektor perbankan. Dukungan tersebut kali ini datang dari Bank Indonesia. Otoritas perbankan tersebut bersiap mengaplikasikan sistem transaksi digital di destinasi wisata. Dan formulanya, siap rilis di beberapa destinasi pariwisata Bali.
Wilayah percontohannya adalah Pemerintah Kabupaten Tabanan, Bali. Dan semuanya akan diset untuk memberi kemudahan bertransaksi bagi para wisatawan. Selain itu proyek ini juga mendukung pengaplikasian gerakan nasional nontunai di daerah.
“Kami harus memberikan banyak opsi bertransaksi bagi wisatawan di Bali. Dengan model transaksi ini, semua akan dimudahkan. Kami juga harus mendukung dan mengaplikasikan program pemerintah,” ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana.
Koordinasi dengan para pemangku kepentingan sudah dilakukan. Konsepnya pun sudah dimatangkan. “Pembicaraan dengan beberapa pihak sangat intensif, termasuk Pemerintah Kabupaten Tabanan. Secara teknis sudah tidak ada masalah. Jadi, bisa dilaksanakan dalam waktu dekat,” terang Causa.
Hasilnya? Beberapa spot di Tabanan pun disiapkan sebagai prototype. Tanah Lot, Alas Kedaton, Danau Beratan, dan Jatiluwih adalah spot yang akan menggunakan sistem transaksi berbasis uang elektronik. “Destinasi pariwisata itu sangat potensial menggunakan pembayaran uang elektronik ini. Daya tariknya juga luar biasa besar dan banyak wisatawan di sana,” ujarnya lagi.
Vibrasi alam dan infrastruktur pada 4 spot di Tabanan tersebut memang ciamik. Memiliki paket lengkap, Tanah Lot dikunjungi 3,49 juta wisatawan pada 2017. ”Tanah Lot memang padat. Tapi, tiga destinasi lain punya karakter unik sehingga tetap ramai,” kata Causa.
Ya, Alas Kedaton adalah surga bagi keluarga. Sebab, kawasan hutan ini merupakan zonasi ‘kerajaan’ kera. Menikmati liburan Umanis Galungan, 2 Novemver 2017, sebanyak 2.200 lembar tiket bisa terjual. Jumlah itu naik 15% dari liburan Umanis Galungan 2016. Serupa Alas Kedaton, Danau Beratan juga dikunjungi 2.000 sampai 2.500 wisatawan setiap harinya di sepanjang 2017.
Bagaimana dengan Jatiluwih? Kawasan ini ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia. Setiap harinya dikunjungi 600 wisatawan, mayoritas asal Prancis. Jumlah tersebut selalu terkoreksi naik 30% setiap tahunnya.
”Masing-masing destinasi punya kekuatan tersendiri. Secara sistem, model pembayaran uang electronik bisa dilakukan dibanyak destinasi di Bali. Tapi, kami mencoba dari Tabanan,” ujar Causa.
Bagaimana teknis pelaksanaan digitalisasi transaksi di Tabanan ini? Causa menerangkan, pembayaran sistem non tunai akan berlaku untuk tiket masuk. Selain tiket, sistem ini juga akan diterapkan untuk pembayaran parkir. “Kami akan fokus di tiket dan parkir. Dengan begitu, tata kelola akan tercatat dan bisa mengukur PAD lebih detail. Untuk hal ini, Tabanan yang sangat siap,” terangnya.
Tabanan memiliki PAD Rp.324 miliar di tahun 2017. Dari jumlah realisasi itu, pajak retribusi paling kecil kontribusinya. Angkanya hanya Rp.53 juta saja. Inkam itu berasal dari 2 lahan parkir yang bisa dipungut yaitu Hardys dan KFC Tabanan. Mereka pun menargetkan PAD Rp.409,2 miliar di tahun 2018.
“Kalau sudah terintergrasi baik, semua bisa dioptimalkan. Tidak ada yang sulit dengan sistem ini,” tuturnya.
Ilustrasi pun diberikan. Sistem transaksi digital ini mereplikasi pembayaan nontunai Tol Bali Mandara. Masyarakat bisa menggunakan kartu uang elektronik beberapa bank penerbit. “Gambarannya sama persis denganyang Tol Bali Mandara. Silahkan pilih kartu uang elektronik. Pakai kartu dari bank mana saja bisa. Nanti tinggal tempel di alat khusus yang disiapkan,” tegas Causa.
Nah, bagaimana dengan isi ulang uang elektronik ini? Tidak perlu khawatir, bila limit saldo habis, wisatawan bisa mengisinya pada pusat atau fasilitas bisnis milik umum. Bupati Kabupaten Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengatakan, beberapa pelaku binis akan digandeng sebagai tempat top up. Lokasinya juga akan diatur sedemikian rupa untuk menunjang gerak wisatawan.
“Secara internal, Tabanan siap mengaplikasikan transaksi non tunai ini. Destinasi yang dipilih sudah tepat dan tidak ada masalah. Sekarang kita persiapkan fasilitas isi ulang uang elektroniknya. Saat ini kami sedang berkordinasi dengan perbankan dan toko-toko modern. Sehingga wisatawan lebih leluasan kalau mau isi ulang,” ujarnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun ikut angkat bicara. Menurutnya transaksi non tunai harus dikembangkan di setiap destinasi. Sebab, digitalisasi destinasi sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi. Layanan yang cepat, mudah, dan jangkauan yang luas, menjadi alasan untuk memperkuat transaksi digital.
“Perubahan gaya hidup yang semakin go digital telah merubah segalanya. Penerapan transaksi non tunai di Tabanan sangat bagus. Sistem ini harusnya juga dikembangkan di wilayah dan destinasi lain di Indonesia. Sekarang eranya sangat digital. Wisatawan membutuhkan yang praktis dan serba cepat,” tegas Arief. (*)