DENPASAR – Daya saing Indonesia dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) kian hari kian meyakinkan. Lihat saja apa yang dilakukan Bali terkait penangan sampah. Bali terus memperkuat gerakan go green.
Treatment khusus disiapkan agar sampah memberikan value secara ekonomis. Dan semuanya, memperkuat satu dari 14 pilar yang dinilai Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI). Yakni healty and hygiene dan sekaligus Environmental Sustainability.
Sebenarnya tidak ada isu pelanggaran lingkungan berat di Bali. Namun, upgrade kualitas lingkungan tetap diprioritaskan. Apalagi wilayah pantai Bali kerap menerima sampah kiriman dari laut tiap musim tertentu.
Dampak siklon angin barat lalu, sebanyak 724,5 ton sampah terdampar di Bali. Belum lagi 354 ton sampah perayaan malam tahun baru 2018.
Secara teknis, sampah-sampah itu telah dibersihkan dari bibir pantai. Relokasi ke tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung sudah dikerjakan. Semuanya sudah clear. Namun, bersih saja dinilai belum cukup. Ada sisi ekonomis yang juga ikut dilirik dari penanganan sampah.
Action nyatanya pun langsung dilakukan. Semuanya langsung dikawal Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Hasilnya? Sebanyak 59 investor dari Arab Saudi dan Turki diundang untuk menangani pengelolaan sampah di Bali.
“Saat ini sedang kita kaji. Jadi total sudah ada 59 investor dari Arab Saudi dan Turki yang menawarkan kerjasama. Bali memang membutuhkan investasi guna menangani hal-hal seperti ini,” ungkap Pastika.
Pastika menambahkan, pengembangan solar cell dipilih sebagai opsi pemanfaatan sampah. Sebab, pimpinan rombongan investor, Alsharif Energy Company juga pakar pengembangan energi. “Mereka sudah 35 tahun menangani sampah. Lalu, peran TPA Regional Suwung harus dioptimalkan. Solar cell itu cukup ideal di sana. Secara teknis sudah tidak ada kendala eksekusinya di lapangan,” kata Pastika.
Potensinya pun terbilang sangat besar. Maklum, TPA Regional Suwung selama ini dimanfaatkan Kota Denpasar dan 3 kabupaten seperti Badung, Gianyar, juga Tabanan. Luasnya pun lumayan oke. Total keseluruhannya 32,46 hektar. Dari luasan itu, 22,46 hektar akan dijadikan ecopark. Sisanya 10 hektar dikelola dengan konsep sanitary landfill management dan waste to energy.
“Kami masih menunggu regulasi nasional, terutama terkait harga pembelian listrik. Untuk pengenaan tapping fee, kami berharap kabupaten/kota segera memberikan responnya,” tegas Pastika lagi.
Mengerucut ke Kabupaten Klungkung, teknik Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) sudah digulirkan. Metode tersebut memiliki fungsi ganda. Selain mengatasi sampah, TOSS mampu mengatasi kekurangan pasokan listrik.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwitra menjelaskan, sampah bisa diolah menjadi briket dan pelet. Kedua produk olahan bisa dipakai sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan memasak.
“Partisipasi aktif masyarakat dilibatkan. Keunggulan TOSS, sampah tidak perlu dipilah. Sampah diolah langsung melalui poses ‘peuyeumisasi’, biketisasi atau peletisasi, dan gasifikasi. Dengan penambahan bio activator, bau kurang sedang hilang dalam tiga hari. Setelah berbentuk briket atau pelet, bisa dipakai sebagai bahan bakar. Termasuk, bahan bakar pembangkit listrik,” kata Suwitra.
Target yang dibidik? Membangun 20 unit TOSS. Saat ini, baru baru 10 desa yang bersedia. Artinya, baru 10 unit TOSS yang akan beroperasi. Nantinya setiap TOSS akan dilayani oleh 1 unit truk. Suwitra menambahkan, TOSS akan menekan beban TPA Suwung dan TPS Desa Sente. Bahkan, value juga akan dinikmati masyarakat.
“Beban TPA atau TPS akan berkurang. Artinya, tekanan terhadap lingkungan semakin minim. Yang utama, masyarakat akan punya income baru. Mereka bisa berjualan briket dan pelet hasil daur ulang sampah-sampah ini,” lanjut Suwitra lagi.
Semangat Bali go green juga ditunjukan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) di Jembrana. Caranya? Mereka memunguti sampah yang ada di sekitar kawasan. Upaya itu telah mengangkat sampah 11 ton. Sampah mayoritas buangan rumah tangga itu dipungut area hutan, mangrove, juga wilayah perairan. Tindakan preventif sudah dilakukan melalui sosialisasi 4 desa di wilayah Jembrana dan 2 desa di area Buleleng.
“Pembersihan rutin dan sosialisasi pada warga terus dilakukan. Kami juga memasang rambu larangan pembuangan sampah di banyak titik. Kami tetap melibatkan peran aktif masyarakat. TNBB juga terus megembangkan program yang komprehensif,” tutur Kepala Sub Bagian Tata Usaha TNBB Wiryawan.
Melihat geliat penanganan isu lingkungan khususnya sampah, respon pun diberikan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Arief mengungkapkan, soal sampah memang sudah menjadi “musuh pariwisata”. Dan hal ini, sangat berpengaruh pada indeks daya saing pariwisata Indonesia.
“Jika manajemen sampah bagus, menggunakan prinsip-prinsip ecological yang ramah lingkungan, diubah menjadi kompos dan energi, maka itu akan menjadi kekuatan baru di 14 pilar yang dinilai TTCI,” ujar Menpar Arief Yahya. (*)