TANJUNG LESUNG-Memiliki jargon pariwisata Seven Wonderful, Banten terus tancap gas untuk semakin mengembangkan potensi wisata mereka. Agar promosi semakin optimal, Dinas Provinsi Banten menghelat rapat jejaring penguatan wisata Banten.
Berlangsung di Hotel Yellow Bee, Tangerang, Banten, Selasa,(19/12), Pemprov Banten mengundang sejumlah stakeholder seperti GenPI (Generasi Pariwisata) Banten, Mahasiswa Pariwisata Sahid Jakarta, sampai Dinas-dinas pariwisata daerah mendapat jurus-jurus baru untuk mengembangkan potensi wisata di Tanah Pendekar.
Akademisi di bidang pemasaran dan GenPI Yogyakarta diundang dalam kegiatan ini. Mereka memberikan pengetahuan, terutama strategi pemasaran pariwisata dan cara-cara efektif menggunakan media sosial agar maksimal menjual wisata Banten.
Rapat ini mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata RI. Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti menilai, Banten memiliki potensi budaya dan religi melimpah.
Banten memiliki atraksi budaya seperti jalan Seba Suku Baduy, sampai salah satu aksi pertunjukan seni bela diri melegenda, debus Banten di samping budaya, Banten ramai dengan destinasi religi seperti Masjid Agung Banten, makam bersejarah Syekh Tubagus Ahmad dan Makan Kiai Caringin.
Terlebih, Banten sendiri sudah memiliki kawasan industri pariwisata mandiri atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Tanjung Lesung. KEK Tanjung Lesung resmi beroperasi pada 2015. Zona khusus pariwisata ini menjadi ‘amunisi’ Banten memutar perekonomian dari sektor pariwisata.
Memiliki modal besar bisa terus meningkatkan pendapatan dari bisnis wisata, Esthy menilai, Banten harus memiliki parameter untuk mengukur keberhasilan Banten menjaring wisatawan.”Tanpa paramater mustahil bisa membuat ukuran. Karena wisata itu merupakan pertumbuhan. Bisnis itu perlu inovasi untuk terus bertahan, termasuk bisnis pariwisata,” ucap Esthy didampingi Kepala Bidang Penguatan Jejaring Kemenpar Hidayat.
Esthy melanjutkan, parameter terdiri dari 5 aspek : jumlah wisatawan, durasi berwisata, pendapatan, rating objek wisata, dan jumlah objek wisata.
Kalau melihat data kunjunban jumlah wisatawan, Banten memiliki potensi untuk berkembang. Dari data BPS selama libur lebaran lalu, jumlah kunjungan ke Banten mencapai 62 ribu orang. “Melihat jumlah ini, Banten harus bisa menyumbang 10 persen dari total kunjungan turis dari target kunjungan 20 juta wisatawan,” papar Esthy.
Sementara itu, Hidayat menambahkan, selain menekankan pada parameter, strategi bisnis menjadi salah satu penentu poin keberhasilan Banten menjadi salah satu destinasi wisata favorit di bagian barat Pulau Jawa. Strategi itu antara lain creating value, marketing, experience, viral, innovating, benchmarking, dan rating.
Selain penguatan strategi pemasaran, Mumus menilai, di zaman milenial, costumer experince (pengalaman pengunjung) menjadi nilai tambah untuk berkunjung ke salah satu destinasi wisata. “Costumer Experience sangat penting, jadi selama berada di destinasi wisatawan mengetahui tujuan utama mereka,” papar Hidayat.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya konsen meningkatkan industri pariwisata di Banten. Sebagai destinasi, 3A harus lengkap, yakni Atraksi, Akses dan Amenitas. Ketika ketiganya lengkap, maka tinggal mempromosikan sesuai dengan marketnya.
Bila tiga A itu siap, bukan angan-angan target angka kunjungan ke Banten bisa tercapai. “Target saya untuk Banten dengan ikon Tanjung Lesung dan pesona di sana itu bisa mencapai 1 juta wisman. Berarti bisa mendatangkan pemasukan 1 miliar dollar, atau 13 triliun itu akan berdampak langsung kepada masyarakat,” papa Arief Yahya.(*)