JAKARTA – Komitmen Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya untuk menjaga pelestarian perlu dipuji. Dia concern, karena itulah yang menjadi salah satu titik lemah daya saing pariwisata Indonesia di pentas dunia.
Spirit Indonesia Incorporated yang dihembuskan Menpar Arief Yahya, untuk percepatan dalam melestarikan lingkungan itu direspons cepat pula. “Terima kasih Bu Menteri LHK Siti Nurbaya, pariwisata akan sangat terbantu, jika hutan dan lingkungan kita bagus,” papar Arief Yahya.
Jumlah hotspot satelit NOAA dan juga TERRA AQUA (NASA) di periode 1 Januari-28 November 2017 turun hingga 32,64 persen. Angka kebakaran hutan lahan (karhutla) juga ikutan turun drastis.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, penurunan luas kebakaran hutan lahan (karhutla) pada lahan gambut dan non gambut di Pulau Sumatera dan Kalimantan pada 2017 ini telah melampaui target yang ditetapkan.
“Target yang ditetapkan adalah sebesar 10 persen dari batas toleransi maksimum luas karhutla yaitu 2.078.822,70 hektar atau sekitar 207.882 hektar,” ujar Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, KLHK, Raffles B. Panjaitan, Minggu (10/12).
Namun hingga Oktober 2017 diketahui bahwa luas karhutla di Pulau Sumatera dan Kalimantan adalah hanya 37.045 hektar. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran para pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah. Ditambah lagi TNI, Polri, juga ikutan aktif.
Belum lagi partisipasi perusahaan pemegang izin usaha bidang kehutanan/perkebunan dan keterlibatan aktif masyarakat. Semua bekerja dengan sistem, menyeluruh di semua level. Dan semuanya konsisten menjaga dengan ritme yang tinggi. Kompak dalam satu tujuan.
“Koordinasi dan sinergitas yang terjalin antar pihak sejak awal tahun dalam pelaksanaan pengendalian karhutla menjadi kekuatan utamanya. Penanganan melalui pencegahan dan penanganan dini karhutla di tingkat tapak,” ujarnya.
Dalam rangka pengendalian karhutla, KLHK bersama para pihak terkait lainnya telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanganan secara dini di lapangan. Salah satunya melalui patroli terpadu pencegahan karhutla di delapan provinsi rawan yang telah dilaksanakan dengan baik bersama para pihak terkait.
“Penurunan luas yang dicapai tahun 2017 akan terus dipertahankan bahkan terus dapat ditingkatkan di tahun mendatang. Tahun 2018, kesiapsiagaan dan pencegahan lebih dini harus dilakukan. Jika Indonesia ingin benar-benar bebas dari karhutla maka diperlukan kerja keras bersama dan peran serta semua komponen bangsa,” tambah Raffles.
Caranya juga tak main-main. Sistem peringatan dini (early warning) ikut disiapkan KLHK via website www.sipongi.menlhk.go.id. Semua titik panas yang terdeteksi langsung direspon. Dicek ke lapangan. Dan langsung diambil tindakan pencegahan.
Hasilnya? Kerja jadi lebih cepat dan efisien. Jauh lebih oke bila dibanding pola manual yang mengandalkan laporan masyarakat. “Dulu setiap bulannya PKHL menerima sedikitnya lebih dari 2.500 laporan yang harus ditelaah dan dianalisis. Perlu kerja ekstra karena kami punya keterbatasan SDM dan sarana. Tapi setelah muncul sistem ini, masyarakat juga dapat turut memantau titik-titik panas, untuk kemudian segera dilakukan pengecekan (groundcheck),” ujarnya.
Itu belum termasuk patroli terpadu yang melibatkan TNI, Polri, Kepala Desa. Bahkan Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Manggala Agni, juga ikut dilibatkan. Semuanya kompak mengawal penyebab karhutla yang ditimbulkan faktor alam dan faktor manusia.
“Perlu dilakukan pemetaan dan pemantauan pembukaan areal lahan milik masyarakat. Masyarakat juga perlu diberikan bantuan dan pendampingan dalam penerapan teknologi pertanian. Selain itu juga perlu penguatan regulasi oleh Pemerintah terkait pengendalian karhutla, baik di tingkat pusat maupun daerah,” tambah Raffles.
Pencapaian tahun ini tentunya tidak membuat Pemerintah lengah. KLHK terus melakukan koordinasi dengan semua stakeholders termasuk para perusahaan pemegang izin usaha bidang kehutanan.
Mereka diwajibkan untuk turut melaksanakan upaya pengendalian karhutla melalui penguatan sumber daya manusia, sarana prasarana dan dukungan anggaran sebagai bagian yang tidak terlepas dalam pelaksanaan kerja perusahaan.
KLHK juga terus melakukan penguatan sistem informasi deteksi dini, penguatan kapasitas Masyarakat Peduli Api (MPA), penyusunan Prosedur Kerja kegiatan pengendalian karhutla, penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat serta memberikan peluang mata pencaharian kepada masyarakat melalui hutan kemasyarakatan.
Hingga kini, pantauan hotspot (titik panas) pada Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan pada (28/11/2017) pukul 10.00 WIB, terpantau nol hotspot berdasarkan satelit NOAA dan juga TERRA AQUA (NASA).
Dengan demikian, selama 1 Januari-28 November 2017 berdasarkan satelit NOAA terdapat 2.552 titik, setelah tahun sebelumnya sebanyak 3.789 titik. Sehingga terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 1.237 titik (32,64 persen).
Sedangkan total 2.348 titik ditunjukkan Satelit Terra/Aqua (NASA) Conf. Level >80%, setelah tahun 2016 lalu menunjukkan 3.794 titik. Angkanya turun sebanyak 1.446 titik (38,12 persen).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar mengatakan, Indonesia sejak awal sudah memprediksi hal ini. Dia bahkan sudah meraba bahwa dari banyak masalah global, berupa krisis energi, pangan dan air serta dalam menghindari berbagai bentuk bencana hidrometrologis, adalah hutan.
Secara nyata kebijakan dan langkah dalam bidang lingkungan hidup dan kehutanan itu untuk kesiagaan energi, air, pangan dan kesejahteraan masyarakat yang kita percaya bahwa di dalamnya ada peran hutan dan ekosistemnya yang sangat penting.
Dalan kurun waktu kurang lebih dua tahun terakhir ini, peran hutan dan lingkungan dalam upaya menuju kesejahteraan masyarakat semakin menonjol. “Sehingga harus kita upayakan bersama dengan keharusan untuk mengatasi deforestasi, ilegal logging, tata kelola dan kebijakan alokasi, manajemen landscape serta law enforcement,” kata Siti Nurbaya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya langsung melayangkan emoji tiga jempol kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dengan peningkatan Environment Sustainability, Menpar tambah yakin bisa segera menaikkan Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia yang sudah melesat naik 8 poin, dari posisi 50 besar dunia ke peringkat 42.
“Terimakasih Ibu Menteri KLHK yang sudah support pariwisata. Fundamennya jadi makin kuat. Kalau trennya menguat seperti ini, tahun 2019 proyeksi saya Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia akan naik ke posisi 30 besar dunia,” prediksi Menpar Arief. (*)