BANDA ACEH – Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh, M. Syahputra AZ ikut terlibat langsung pada kegiatan smong box edisi sembilan, yang berlangsung Selasa, 30 Agustus 2022.
Syahputra dalam sambutannya menyebutkan, kegiatan Smong box merupakan inisiatif dari pihak museum dalam rangka mengedukasikan kebencanaan kepada pelajar.
Ia juga berpesan di depan para peserta, yakni pelajar dari SMA Muhammadiyah Banda Aceh untuk dapat mengambil pelajaran dan harus tanggap dengan bencana yang bisa terjadi kapan saja.
“Tolong sampaikan apa yang kalian dapat disini kepada teman-teman di sekolah maupun keluarga di rumah,” harap Syahputra.
Program smong box ini sendiri, kata Syahputra, yang berlangsung setiap hari Selasa dan Jumat akan berakhir pada 2 Sepember 2022 mendatang.
Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal (P2IPM) DPMPTSP Aceh, Rahmadhani Sulaiman, juga turut hadir sebagai narasumber.
Dalam sesinya, Rahmadhani memaparkan topik “Aceh sebagai destinasi wisata Tsunami, media efektif membangun budaya siaga bencana dan berbagi pengalaman”.
“Museum Tsunami sebagai ikon wisata tsunami Aceh merupakan media pembelajaran yang efektif untuk berbagi pengalaman dan pelajaran dari bencana Tsunami Samudera Hindia masa lalu serta memotivasi kesadaran masyarakat global terhadap Pengurangan Risiko Bencana di masa depan”, papar Rahmadhani.
Rahmadhani juga menerangkan, Museum Tsunami Aceh salah satu pencapaian pemulihan Aceh, yakni museum bencana global ikonik di Banda Aceh seluas 2.500 m2, struktur empat lantai yang dirancang oleh arsitek Indonesia dari kontes desain nasional.
Museum Tsunami sebagai Simbol: kekuatan, kesabaran, ketahanan dan kebangkitan. Penghormatan jangka panjang: menunjukkan harapan, semangat dan bergerak maju. Berbagi cerita langsung dari bencana masa lalu.
“Museum Tsunami Aceh mempunyai peran sebagai media mitigasi, rekreasi dan evakuasi”, kata Rahmadhani lebih lanjut.
Sebagai penutup, Rahmadhani juga mengungkapkan, setiap tahun Pemerintah Aceh selalu memperingati tragedi tsunami, agar kita tidak lupa kejadian kelam 2004 silam.
Sebagai bentuk apresiasi; menghormati para syuhada, refleksi; mitigasi; belajar saling berbagi pengalaman bencana dan promosi; bagaimana kita menjadikan Aceh sebagai destinasi wisata.