DIKENAL sebagai daerah Syariat Islam, tidak membuat minoritas umat Hindu di Aceh minim perayaan keagamaan, buktinya Minggu (8/4/2018) kemarin, sebuah perayaan menyambut hari Maha Puja Panguni Uthiram di Kuil Palani Andawer, Gampong Keudah, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh berlangsung khidmat.
Ritual yang dilakoni oleh umat Hindu keturuan Tamil India sangat menarik antusiasme warga Kota Banda Aceh yang ikut memviralkan lewat media sosial terlebih atraksi aktraksi Barongsai juga ikut mewarnai kegiatan keagamaan yang saban tahun berlangsung secara sederhana.
Ritual Panguni Uthiram sendiri merupakan peringatan bulan lahirnya Dewa Murugan atau yang disebut juga Dewa Kejayaan menurut kepercayaan umat Hindu Tamil. Disebut Panguni karena berlangsung pada bulan Panguni sekitar Maret atau April, dalam penanggalan Masehi, sedangkan Uthiram bermakna purnama puncak.
Prosesi Maha Puja Panguni Uthiram sendiri merupakan wujud syukur atas segala berkah sekaligus momentum untuk melengkapi mereka yang ingin membayar nazar.
Prosesi yang juga dikenal dengan sebutan Thaipusam dilaksanakan setiap setahun sekali yang dilakukan secara bertahap. Diantaranya menyembah urutan beberapa arca, melakukan tabuh gendang sambil menari, nyanyian mantra Hindu dan mengarak patung Dewa Muruga keliling kampung tanpa alas kaki sambil memecahkan beberapa butir kelapa.
Perayaan dimulai dengan menggiring para penazar ke tepi kali Krueng (Sungai) Aceh untuk dilakukan proses pensucian dengan lima unsur tanah yaitu, api, air, udara dan eter.
Setelah penazar dimandikan dengan air suci. Selanjutnya ritual penusukan menggunakan vell atau logam penusuk berbentuk lembing dan hati dalam keadaan seperti kerasukan. Uniknya ritual penusukan ini tidak ada darah yang mengucur dari tubuh ketika ditusuk benda tajam.
Pandita menyiapkan unsur ritual berupa bunga, kemenyan, air suci, dan daun-daun dari alam untuk memberkati para penazar dalam ritual Pangguni Uthiram di tepi kali Krueng Aceh.
Para peserta nazar perempuan membawa wadah berupa Paal Kudam (belanga logam atau tembikar yang berisi susu) di atas kepala hingga sampai ke kuil.
Dalam keadaan tertusuk, para penazar berjalan tanpa alas kaki sambil diiringi tabuhan gendang. Saat jeda para penazar diberkati oleh pendeta dengan daun bercampur air suci serta api agar tetap ritual ini berlangsung sakral hingga sampai ke kuil Palani Andawer, Banda Aceh.
Sampai dipintu masuk kuil mereka para penazar disucikan lagi dengan beberapa butir kelapa yang dipecahkan ke tanah. Hingga mereka masuk ke kuil untuk melepas benda yang ditusuk ke badan. Bahwa nazar mereka sudah selesai yang dipersembahkan untuk Dewa Murugan.
Rizqan salah satu warga yang menyaksikan ritual ini menyebutkan, keberadaan Syariat Islam di Aceh tidak menghambat sama sekali penganut agama minoritas di Aceh untuk melakukan seluruh prosesi kepercayaannya.
“Setiap tahun kegiatan Thaipusam ini selalu ramai, dan saya sendiri selalu menantikan suasana keberagaman ini dimana menjadi atraksi wisata tersendiri bagi wisatawan yang kebetulan datang atau ada di Banda Aceh,” ungkapnya.
Umat Hindu Tamil India ini, sebut Rizqan juga sangat terbuka dengan masyarakat. “Pada malam persiapan upacara, Pandita dari umat Hindu ini begitu semangat menceritakan rangkaian ritual dan kita pun jadi tahu makna dari kegiatan yang mereka lakukan saban tahun,” sebut lelaki penyuka literasi sejarah ini.