JAKARTA – Percepatan pertumbuhan pariwisata dan konektivitas di Banyuwangi akan terus menggeliat. Hal ini menyusul yang dilakukan maskapai penerbangan Citilink Indonesia. Maskapai milik pemerintah itu akan membuka rute baru Jakarta ke Banyuwangi yang akan terbang perdana pada tanggal 15 Februari 2018, mendatang.
Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo mengatakan, konektivitas ini pasti akan menjadikan paralel dengan peluang tumbuh pariwisata di buffer zone. Pintu go international juga akan semakin terbuka lebar bagi pariwisata daerah dengan penerbangan ini.
“Banyuwangi punya komitmen kuat mengenalkan pariwisatanya ke level internasional. Rencana itu pun sudah ditangkap Citilink sejak lama. Karena alasan itu, Citilink membuka rute baru ke Banyuwangi,” kata Juliandra. Poros baru Citilink ini otomatis menghubungkan dua bandara. Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta dan Bandara Banyuwangi.
Wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara akan dimanjakan dengan fasilitas pesawat Boeing B-735. Pesawat memiliki kapasitas 120 orang. Khusus untuk tiket bisa dipesan mulai Senin (5/2).
“Wisatawan dan masyarakat Banyuwangi sekarang punya banyak alternatif penerbangan. Ini memang jadi upaya Citilink untuk memaksimalkan pasar potensial di daerah,” katanya. Apa sih menariknya Banyuwangi? Terkenal sebagai ‘The Sunrise of Java’,
pariwisata wilayah ini tumbuh pesat. Kini mereka memiliki 77 kalender top event.
Padahal pada 2012 lalu hanya 12 event. Gelar ‘The City Of Carnival and Festival’ diberikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Lalu, Banyuwangi Ethno Carnival masuk TOP 10 Nasional Events (CoE WI).
Karakter ‘The City of Carnival and Festival’ pun semakin kuat. Duo event masuk TOP 100 Nasional Events (CoE WI) 2018. Ada International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI ) dan Tari Gandrung Sewu. “Kami sangat percaya dengan kemampuan Banyuwangi. Kami juga berharap, rute ini bisa mendukung pemerintah memajukan daerahnya,” ujarnya lagi.
Pesona lainnya? ‘The Sunrise of Java’ memiliki segitiga berlian. Kawasan itu adalah, Kawah Ijen, Pantai Plengkung, dan Pantai Sukomade. Dengan modal besarnya, mereka memiliki target 100 ribu kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di 2018.
“Semua aspek terkait Banyuwangi itu sangat menarik. Alamnya memang eksotis dan menjadi daya tarik wisatawan. Kuliner di sana juga sangat khas. Fasilitas lengkap. Harganya oke,” lanjut Juliandra lagi.
Bicara soal riil bisnis? ‘The Sunrise of Java’ adalah juaranya. Return on investment di sana menembus angka fantastis 2.400% pada 2017. Income perkapita mencapai 41,46 juta. Angka ini nomor dua setelah Surabaya. Bagaimana 2018? Pertumbuhan ekonomi diprediksi 5,56%. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tumbuh Rp76,86 Triliun. Inflasi 3%-4%. Sektorpariwisata optimistis tumbuh 8,41%.
“Pertumbuhan ekonomi di Banyuwangi ini sangat-sangat positif. Peluang-peluang di tahun ini sangat besar. Size-nya lebih besar. Kondisi ini tentu sangat menarik untuk semua sektor bisnis. Tidak salah bila Citilink memilih Banyuwangi untuk pengembangan rutenya. Poros ini menarik,” puji Juliandra.
Hanya Banyuwangi yang merasakan manfaat poros baru Citilink? Tentu saja tidak. Rute baru Citilink ini menjadi angin segar bagi buffer zone. Ada 4 daerah yang berpotensi terangkat di semua lini bisnisnya.
Mereka adalah Jember, Bondowosa, Situbondo, bahkan Pulau Bali khususnya di zona barat. Juliandra pun menambahkan, 4 daerah itu adalah bagian penggerak perekonomian di Banyuwangi.
“Masuknya Citilink ke Banyuwangi diharapkan semakin menggerakan perekonomian di daerah sekitar. Ada semakin banyak pintu alternatif menuju daerah-daerah tersebut. Daerah-daerah itu juga sangat potensial. Kami optimistis, semua bisa maju bersama,” tuturnya lagi.
Poros baru Jakarta-Banyuwangi pun semakin memperkaya warna Citilink. Maklum saja, mereka punya 65 rute penerbangan. Frekuenasi flight-nya 268 per harinya. Ada 32 kota besar di Indonesia yang sudah dilayaninya.
“Pertumbuhan pariwisata Banyuwangi sangat bagus. Citilink tidak akan rugi masuk ke sana. Maskapai lainnya juga harus meniru Citilink,” tegas Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
Mengapa? Selain potensi bisnisnya, infrastruktur Bandara Banyuwangi kompetitif. Pengembangan pun terus dilakukan. Runway diperpanjang menjadi 2.500 meter dan dikembangkan 2.800 meter. Luasnya menjadi 45 meter, lalu Pavement Classification Number ditebalkan 54. Improve jugadilakukan pada taxiway, apron, terminal, ground support, juga lainnya.
“Pesawat berbadan lebar nanti bisa mendarat di sana. Peningkatan infrastruktur selesai di pertengahan tahun ini. Banyuwangi akan menjadi destinasi kelas dunia. Unsur 3A-nya seperti atraksi, aksesibilitas, dan amenitas di banyuwangi semakin kuat,” pungkasnya.