JAKARTA – Spirit Indonesia Incorporated yang digagas Menteri Pariwisata Arief Yahya menjadi modal penguatan pariwisata Indonesia di Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) World Economic Forum (WEF). Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun turun tangan dalam pengelolaan sampah di Kawasan Pariwisata Strategis Nasional (KSPN).
Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Strategis (Pusat III) BPIW, Hadi Sucahyono menerangkan, untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah di KSPN, diperlukan inovasi dan antisipasi peningkatan volume sampah. Muaranya mengarah ke kebersihan dan keindahan destinasi wisata dapat tetap terpelihara dengan baik.
“Terpeliharanya kebersihan dan keindahan di destinasi wisata, diharapkan dapat mendukung peningkatan daya saing di TTCI. Dan juga mendukung tercapainya target pariwisata nasional berupa jumlah kunjungan turis asing 20 juta di tahun 2019,” ujar Hadi, Jumat (15/12).
Actionnya juga sudah dilakukan. Pengembangan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) baru, pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di sekitar kawasan wisata serta penanganan sampah yang komprehensif, semua sudah disentuh.
“Artinya penanganan sampah yang menyeluruh baik di destinasi wisata maupun kawasan sekitarnya,” tutur Hadi.
Cara penanganan sampahnya pun keren. Model yang dipakai controlled landfill. Metodenya lebih oke dibanding open dumping. Sebab, pada metode ini, sampah yang datang setiap hari diratakan dan dipadatkan dengan alat barat menjadi sebuah sel. Secara berkala, sampah yang sudah dipadatkan akan ditutup dengan lapisan tanah setebal 5-10 cm.
“Misalnya tiap tiga hari atau seminggu sekali dengan tujuan untuk menutup sampah biar tidak terlihat dan mengurangi bau serta lalat. Setelah dilapisi tanah. Di atasnya nanti ditimbun sampah lagi dan begitu seterusnya sampai zona penuh,” jelas Hadi.
Pembuatan zona berukuran besar juga dilengkapi saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan, saluran pengumpul air lindi (leachate) dan instalasi pengolahannya, pos pengendalian operasional, dan fasilitas pengendalian gas metan.
“Gas metan dari sampah nanti bisa dikembangkan jadi biogas untuk bahan bakar alternatif. Dalam pembuatan zona sudah dipasang cerobong dan ada saluran khusus untuk menangkap gas metan,” kata dia.
Untuk bak penampungan air lindi juga sudah disiapkan tempat khusus di selatan pembuatan zona. Dari dasar zona sampah juga sudah dipasang saluran khusus untuk mengangkut lindi menuju tempat penampungan. Kedepan, air lindi akan diolah jadi pupuk cair yang bermanfaat bagi pertanian.
“Jadi, penataan TPA baru ini konstruksi dan desainnya sudah ramah lingkungan. Lokasinya juga tidak terlalu luas dibandingkan model open dumping. Tapi, biaya pembuatannya memang nilainya lebih besar. Di samping itu, butuh juga dana operasional tambahan, khususnya untuk tanah buat mengurug sampah,” jelasnya.
Selain penataan tempat pengolahan sampah, dana dari Kementerian PUPR juga dialokasikan untuk pembuatan sarana pendukung. Seperti, jalan menuju zona, kantor, musala, tempat cuci truk, laborat, tower air, pagar kawat sekeliling dan lampu penerangan bertenaga surya.
Dalam melakukan pengembangan infrastrukturnya, lanjut Hadi, pihaknya menerapkan metode yang berbasis kewilayahan atau Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Seluruh wilayah yang ada di Indonesia semuanya terkelompokkan pada 35 WPS.
“Sudah disusun Master Plan dan Development Plan (MPDP) WPS yang memuat program 10 tahunan, 5 tahunan, yang kemudian didetailkan ke dalam program jangka pendek dan tahunan,” ujarnya.
Sebab itu, BPIW mendorong pemerintah kabupaten/kota tempat lokasi KSPN agar melakukan kajian, guna menentukan lokasi yang tepat untuk pengelolaan sampah.
“Harapannya agar sampah dapat tertangani secara optimal, sehingga destinasi wisata dapat senantiasa bersih dan membuat wisatawan betah saat berkunjung,” papar Hadi.
Langkah lanjutnya, ungkap Hadi, pemerintah kota/kabupaten dapat melakukan konsultasi teknis dengan BPIW, agar infrastruktur pengelolaan sampah dapat segera terwujud. Dukungan penuh infrastruktur BPIW lainnya adalah akses jalan, sumber daya air, keciptakaryaan maupun penyediaan perumahan di destinasi wisata.
“Pada pengembangan kawasan Danau Toba contohnya, sudah selesai pembangunan Jalan Tol Medan-Kualanamu–Tebing Tinggi. Kemudian, ada juga pembangunan Jalan Tol Tebing Tinggi–Siantar–Parapat yang ditargetkan selesai pada 2019. Untuk mendukung homestay kita juga ada program bedah rumah,” jelas dia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, soal sampah memang sudah menjadi “musuh pariwisata”. Menurutnya, sampah juga berpengaruh pada indeks daya saing pariwisata Indonesia.
“Jika manajemen sampah bagus, menggunakan prinsip-prinsip ecological yang ramah lingkungan, diubah menjadi kompos dan energi, maka itu akan menjadi kekuatan baru di 14 pilar yang dinilai TTCI,” ujar Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menekankan poin penting mengenai kebersihan di destinasi, karena kebersihan itu sebagian dari iman. “Maka harus kita tekankan poin kebersihan ini, di TTCI ranking kebersihan masuk dalam kategori health and hygiene, kita ada di ranking 108 dari 136 sebelumnya,” pungkas Menpar Arief Yahya. (*)