JAKARTA – Menteri Pariwisata Arief Yahya, menilai Maluku Utara sangat tepat untuk menerapkan Nomadic Tourism. Selain itu, aksesibilitasnya juga cocok untuk menggunakan seaplane. Terlebih, Maluku Utara memiliki 10 destinasi prioritas.

“Maluku Utara punya Morotai sebagai destinasi prioritas. Kesempatan ini benar-benar harus dimanfaatkan. Waktunya tinggal sedikit, sisa satu setengah tahun. Jangan sampe kesempatan itu lepas,” kata Menpar Arief Yahya, usai launching Calendar of Event Maluku Utara 2018 di Jakarta, Selasa (13/3/2018).

Menpar Arief Yahya mendorong agar pemerintah daerah menerapkan Nomadic Tourism. Selain biaya murah, Nomadic Tourism juga bisa mendongkrak jumlah amenitas pariwisata. Sekaligus mengimbangi pertumbuhan kunjungan wisatawan.

“Jika bangun hotel biayanya mahal dan waktunya lama. lima tahun baru jadi itu hotel. Dengan Nomadic Tourism, para wisatawan punya experience baru. Contohnya seperti specialty lodging, homestay/guesthouses, atau bumi perkemahan glamping. Untuk spotnya dicari yang terbaik di Maluku Utara,” ujarnya Menpar Arief.

Sesuai karakternya, yaitu nomadic, ketiga fasilitas tersebut juga bisa dipindah-pindah alias tidak permanen. Dengan begitu, Nomadic Tourism ini sangat cocok dikembangkan di daerah-daerah yang belum tersedia akomodasi seperti perhotelan atau pun homestay.

Menpar juga mendorong industri pariwisata untuk mengembangkan produk wisata Nomadic Tourism dan memasarkannya.

“Kita di Indonesia punya 17.000 pulau, 70.000 desa, ratusan destinasi indah. Kalau harus membangun hotel konvensional perlu waktu yang sangat lama, homestay pun menurut saya masih kurang cepat. Maka, saya umumkan lagi bahwa saya akan memberikan insentif bagi orang yang masuk ke Nomadic Tourism,” ujarnya.

Menurut Menteri asal Banyuwangi itu, Maluku Utara yang berbasis kepulauan, moda transportasi Seaplane adalah pilihan tepat untuk menjawab kebutuhan aksestabilitas di sana.

bulan April “Seaplane sempurna untuk Malut. Benchmark-nya ada di Pulau Bawah, Kabupaten Anambas. Jadi akses untuk ke berbagai pulau mudah dan cepat waktu tempuhnya,” katanya.

Terkait perkembangan infrastruktur, bulan April Bandara Morotai sudah siap digunakan. Runway sudah di perpanjang menjadi 2400 meter dan lebarnya 45 meter. Terminalnya juga akan rampung sehingga bisa menerima wisatawan lebih banyak.

“Jika itu sudah terjadi, kami harapkan bisa segera ditetapkan menjadi bandara Internasional. Seperti Silangit dan Belitung. Sebab salah satu syarat menjadi destinasi kelas dunia harus memiliki airport kelas dunia,” ungkapnya.

SHARE
Admin
GenPINews.com merupakan buah karya dari Generasi Piknik Indonesia yang dikelola oleh Tim Redaksi GenPI News Indonesia dengan jaringan yang ada di seluruh Indonesia.

Leave a Reply